Cek Validitas Penyedia Jasa Pinjaman
Jika kondisi saat ini tidak memberi pilihan selain menggunakan jasa pinjaman online, maka dalam proses pemilihan jasa tersebut harus berhati-hati. Jangan langsung tergiur oleh pesan singkat yang dikirim ke handphone Anda.
Kalaupun Anda tergiur, lakukan pengecekan apakah penawaran pinjaman online lewat WA dan SMS tersebut valid atau tidak melalui rekam jejak digitalnya di Internet.
Lembaga fintech pendanaan yang legal dan valid pasti akan menjaga reputasi dan nama baik, sehingga seharusnya Anda akan selalu mudah menemukan profil lengkap mereka di Google ataupun media sosial. Anda juga bisa mengecek terdaftar atau tidaknya lembaga tersebut di website OJK dan website AFPI.
Tip 3. Tingkatkan perlindungan dengan menggunakan aplikasi kontrol orang tua
Aplikasi seperti FlashGet Anak-Anak bekerja sama dengan Anda untuk melindungi anak Anda dari para penipu yang memangsa pikiran anak muda. Selain itu, dengan fitur-fiturnya yang unik, FlashGet Anak-Anak memastikan anak-anak Anda tidak terpapar konten berbahaya atau kontak mencurigakan. Fitur-fitur ini meliputi:
peringatan tangkapan layar, enkripsi ujung ke ujung, verifikasi dua langkah untuk mencegah akses tidak sah, dan banyak fitur privasi dan keamanan lainnya menjadikan Telegram aplikasi perpesanan yang aman. Tapi ini tidak sepenuhnya aman, karena penipuan Telegram ini terus berlanjut. Penipu selalu menemukan cara baru untuk mengelabui pengguna yang tidak menaruh curiga agar mengungkapkan informasi sensitif, kehilangan uang, atau membahayakan detail akun.
Dengan tetap mendapat informasi tentang cara kerja aktivitas penipuan ini, dan menggunakan alat seperti FlashGet Kids untuk memantau aktivitas daring anak-anak, hal ini mengurangi risiko Anda dan keluarga menjadi korban taktik mereka.
Penipuan verifikasi palsu
Penipuan ini menipu pengguna agar membagikan informasi pribadi atau melakukan pembayaran dengan kedok memverifikasi akun Telegram mereka. Penipu mungkin mengklaim bahwa kegagalan menyelesaikan proses verifikasi akan mengakibatkan penangguhan akun, sehingga mendorong pengguna untuk bertindak cepat tanpa memverifikasi keabsahan permintaan tersebut.
Menghindari Penipuan Berkedok Pinjaman Online lewat WA dan SMS
Penipuan phishing tingkat lanjut
Para penipu mulai menggunakan taktik phishing canggih di Telegram dengan mengelabui pengguna agar mengeklik tautan berbahaya, dan dengan meniru entitas tepercaya seperti aplikasi atau layanan populer. Biasanya, mereka mengirimkan pesan yang tampak nyata. Pesan-pesan ini disampaikan dengan cara yang menarik sehingga sulit untuk diabaikan. Tautan tersebut mengarahkan pengguna ke situs web palsu di mana mereka tanpa sadar memasukkan detail pribadi.
Penipuan bot perdagangan AI
Bot perdagangan AI sering kali menganalisis tren pasar dan mengeksekusi perdagangan atas nama Anda. Penipu telah belajar untuk mempromosikan bot perdagangan AI yang menjanjikan keuntungan yang terjamin. Saat Anda terpikat, penipu ini akan meminta Anda memberikan data pribadi yang dapat digunakan untuk meretas akun perdagangan Anda, atau membayar biaya untuk mendapatkan akses ke bot perdagangan ini.
Sayangnya, bot ini palsu dan hanya digunakan untuk menipu pengguna demi mendapatkan uang, dan tidak menawarkan fungsi perdagangan nyata.
Apakah Telegram aman?
Menurut Pavel Durov, pendiri Telegram, platform perpesanan ini menarik 2,5 juta pengguna setiap hari. Sebagai Telegram terus mengalami kesuksesan besar, hal ini juga menarik sisi baik dan sisi buruknya. Penipu telah menemukan cara untuk mengakali fitur privasi dan keamanan Telegram. Saat ini, penipu mengeksploitasi fitur-fitur Telegram, seperti akun anonim dan kemudahan membuat saluran untuk memikat korbannya. Jadi, Telegram, sama seperti aplikasi perpesanan lainnya, tidak sepenuhnya bebas risiko. Namun, bila Anda memanfaatkan fitur keamanan dengan baik, dan juga mempelajari taktik penipuan Ttelegram, ini relatif aman untuk digunakan.
Ini adalah kisah tragis yang harus kuhadapi pada tanggal 17 Ramadan 1445 Hijriyah atau 28 Maret 2024 lalu. Di masa pensiun, ketika sudah tidak lagi menerima gaji, aku terjebak dalam penipuan “menyelesaikan misi bersama” dalam mempromosikan Drama Korea iQIYI atas nama PT Fastech Media Indonesia. PT Fastech Media Indonesia sendiri sepekan setelah kejadian melalui Instagram telah menyatakan bahwa event iQIYI itu adalah hoax, .
Pada awalnya, aku enggan menceritakan, bahwa aku telah tertipu dan rekening tabunganku disapu bersih penipu, namun memutuskan untuk menceritakannya setelah mengetahui, masih ada saja, yang tertipu dengan modus kurang lebih sama.
Ketika aku bercerita bahwa aku telah tertipu dan uang tabunganku melayang hingga Rp86,5 juta, respon yang kuterima hampir serupa,” Lho, kok bisa?” Sejujurnya, itu pertanyaan yang sama dari diriku sendiri. Kok bisa aku tertipu? Sebagai orang yang dianggap memiliki wawasan cukup luas terkait berbagai masalah ekonomi bisnis, cukup aneh jika tertipu. Qodarullah, aku memang tertipu. Terasa konyol dan bodoh, tapi itulah yang terjadi. Aku sedang lengah.
Saat itu, siang hari sekitar pukul 10.30, aku tengah merebahkan diri setelah terapi sambil membaca berbagai pesan grup di aplikasi telegram. Ada grup yang asing dan aku tidak tahu siapa yang mengundang. Aku diajak ikut mempromosikan Drama Korea, dan dijanjikan dapat komisi. Pada awalnya aku menolak dan keluar dari grup. Namun, tak lama kemudian, seorang bernama Mifta Zahla mengirim pesan dan mau membantuku jika ada kendala.
“Saya akan bantu Kakak, jika ada kendala,”kata Mifta dalam pesan pribadi di Telegram.
“Tidak ada kendala apa-apa, saya hanya tidak tertarik dan tidak mau ikut,” jawabku.
Mifta terus berusaha meyakinkanku untuk ikut event tersebut, dan singkat cerita, akhirnya aku terbujuk untuk bergabung melakukan tugas mempromosikan Drama Korea. Mifta mengarahkan aku ke seorang mentor bernama Irfan Leosandi dan mengaktifkan tugas, dengan beberapa opsi pembayaran dan komisi yang didapat.
Mentor Irfan mengarahkanku untuk bergabung ke Grup Telegram Kombinasi 669. Di dalam grup itu, Mentor Irfan memberikan 10 tugas, yang harus dilakukan para peserta, yang saat itu sebanyak 11 orang. Pada awal pelaksanaan tugas, para peserta diarahkan untuk memilih satu dari 3 opsi, dengan biaya dan komisi yang berbeda. Saya memilih opsi dengan biaya paling murah, karena saat itu hanya coba-coba, yakni 100.888 dengan komisi sekitar 21 ribu rupiah. Setelah membayar 100.888 dan menjalankan tugas dengan menscreenshot poster iklan drama korea, aku menerima dana sekitar 121 ribu rupiah yang ditransfer ke rekeningku. Setelah itu, Mentor Irfan mengarahkanku untuk melakukan top up, dengan opsi satu juga sebesar 500 ribu rupiah, dan memberikan tugas berikutnya. Setelah selesai, dana sebesar 600.000 rupiah masuk ke rekeningku. Nilai top up kemudian naik menjadi 2.800.000 untuk opsi 1, 4.800.888 (opsi 2) dan 8.800.888 (untuk opsi 3). Setelah membayar 2.800.000 dan menyelesaikan tugas, pihak penyelenggara event tidak menstransfer dana seperti sebelumnya dan Mentor Irfan memberikan tugas berikutnya hingga tugas ke 7. Pada tugas ke 7 ini, Mentor Irfan mendorong untuk melakukan top up senilai 13.000.888. Aku mulai ragu. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus melakukan top up jika ingin pencairan dana yang telah dibayarkan beserta komisinya. Seluruh peserta begitu semangat membayar biaya top up dan mengirimkan screenshot bukti transfer top up. Di tengah keraguanku membayar biaya top up, salah seorang peserta dalam Grup Kombinasi 669 ini, mengirim pesan pribadi dan mengatakan bahwa ia juga ikut event karena tetangganya benar-benar menerima komisi dari event ini.
Aku seperti orang yang terhipnotis kehilangan akal. Aku terus transfer ke nomor rekening Bank DBS yang dituju:1707659799, atas nama Sandra Aliyah sebesar 13.800.888 hingga tugas ke 10, harus transfer 26.000.888. Aku mulai panik dan marah. Aku masih berpikir untuk bisa mencairkan uang yang sudah kutransfer, hingga mau melakukan transfer. Aku pikir aku bisa menyelamatkan uangku.
Daar! Seperti petir di siang bolong, aku tersadarkan, bahwa komisi tidak cair, meski telah menjalankan tugas ke 10 atau tugas terakhir. Mentor Irfan menyebut, para peserta harus membayar pajak 33 juta agar bisa mencairkan seluruh dana yang telah disetorkan beserta komisi sebesar 99 juta rupiah. Aku mulai marah dan berdebat panjang dengan Mentor Irfan. Sementara, peserta lainnya dengan mudah menyerahkan dana 33 juta rupiah agar bisa mencairkan dana 99 juta rupiah tersebut. Dua dari 11 peserta, mendapatkan pencairan dana 99 juta dan keduanya diijinkan untuk keluar grup, sementara 9 peserta sisanya, masih harus menyetorkan dana 33 juta rupiah. Aku tidak mau membayar 33 juta yang disebut Mentor Irfan sebagai pajak untuk menghindari money laundering. Alasan yang tidak masuk akal bagiku. Selain itu, aku juga sudah tidak punya uang lagi.
Mentor Irfan marah dan mendesak agar aku segera mencari pinjaman, termasuk pinjaman online. Aku menolak pinjaman online. Irfan pun terus mendesak agar aku membayar dan menyarankan aku untuk meminjam ke orang yang sudah mendapatkan pencairan dana. Satu dari dua orang peserta, yang disebut telah menerima pencairan dana 99 juta, bernama Ridduwaan, bersedia membantu 20 juta rupiah dan dikirimkan langsung ke rekening Sandra Aliyah. Sementara aku harus menambahkan 13,5 juta. Akhirnya aku menyetujui untuk mengirimkan 13,5 juta rupiah, dari dana di rekeningku yang tinggal tersisa 15 juta rupiah, yang kukirimkan ke rekening BCA nomor 9503113500888 atas nama Ayuni Adha Febbyaningtyas. Ridduwaan meminjami uang 20 juta, namun tidak mengirimkan uangnya ke rekeningku, melainkan langsung ke penyelenggara, atas nama Sandra Aliyah. Setelah aku mentransfer dana tersebut, tetap saja tidak cair, dengan alasan, sistem sedang limit score, karena banyak pencairan senilai 100 juta, sehingga peserta harus menambah setoran 10 juta untuk bisa mencairkan dana beserta komisi 150 juta. Mentor Irfan menyebut, pihak perusahaan telah memberikan keringanan, dari yang seharusnya membayar 50 juta rupiah.
Aku sudah menyerah. Semua anggota grup setor lagi 10 juta kecuali aku. Mereka mengirimkan screenshot transferan 150 juta untuk meyakinkan bahwa komisi yang dijanjikan benar-benar nyata.
Aku tetap menyerah, aku harus berhenti. Mentor Irfan marah dan menyebut aku satu-satunya dari 10 ribu peserta yang paling bawel dan tidak mau usaha.
“Gunakan otak sehat. Uang 150 juta tidak akan cair kalau tidak menambah 10 juta, “ kata Irfan.
“Kamu harus berusaha maksimal seperti yang lain. Mereka bisa pinjam ke sana kemari untuk bisa memenuhi setoran, ” lanjut Irfan.
Meski “hanya” 10 juta, aku tetap harus berhenti. Aku sudah kehilangan seluruh tabunganku, dan aku tidak mau menambah utang yang 10 juta.
Keesokan harinya, Mifta mengirim pesan agar aku membayar 10 juta agar pencairan 150 juta bisa dilakukan. Dia terus mendesak dan bahkan menyarankan untuk pinjam uang 10 juta ke Pinjol. Dia juga mengaku perusahaannya sudah memberikan keringanan penurunan setoran dari seharusnya 50 juta.
Aku terguncang, marah dan merasa bodoh. Aku didera penyesalan karena terbujuk untuk mencoba ikut serta event promosi drama Korea. Namun, aku harus fokus mengatasi masalah keuanganku. Ini adalah pelajaran bagiku, untuk tidak lengah menghadapi berbagai macam modus penipuan yang sangat marak terjadi. Korban penipuan terus ada, setelah aku, dengan modus yang kurang lebih sama. Pada pertengahan bulan Mei, setidaknya ada dua orang yang kena tipu, dengan kerugian 147 juta dan 120 juta rupiah. Beware! Banyak penipu yang siap menyapu bersih saldo rekening Anda dengan berbagai cara. (JG)
Diluncurkan pada 14 Agustus 2013, Telegram saat ini menjadi salah satu platform perpesanan terpopuler. Saat ini memiliki lebih dari 900 juta pengguna aktif bulanan. Sebagian besar pengguna ini lebih memilih Telegram karena tingkat privasi dan keamanannya yang tinggi. Ada juga fitur berbagi file berukuran besar, tidak seperti kebanyakan platform media sosial yang hanya mengizinkan berbagi file berukuran bit.
Pada April 2020 hingga 2024, Telegram tumbuh sebanyak 500 juta pengguna. Di antara pengguna tersebut terdapat penipu yang ingin memanfaatkan pengguna lain. Belakangan ini terjadi peningkatan Telegram penipuan secara nasional. Oleh karena itu, kami menganggap pantas bagi pengguna untuk mempersenjatai diri dengan pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi diri dari penipuan ini.
Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi delapan penipuan Telegram yang umum terjadi pada tahun 2024 dan memberikan tips tentang cara mengidentifikasi dan menghindarinya.
Langsung Hapus dan Blokir
Jika ada penawaran pinjaman online lewat WA dan SMS, lebih baik langsung hapus saja pesannya, dan tak perlu ditanggapi sama sekali. Bahkan blokir sekalian, agar mereka tak mengganggu Anda lagi.
Perlu Anda ketahui, bahwa merupakan dosa besar bagi fintech pendanaan legal untuk mengirimkan penawaran pinjaman dana kepada Anda lewat jalur pribadi seperti WA dan SMS, tanpa mendapatkan izin dari Anda. Ada sanksi yang bisa memberatkan lo!
Jadi, jika Anda mendapatkan penawaran seperti ini melalui WA dan SMS, tanpa Anda merasa minta dikirim penawaran, maka sudah bisa dipastikan bahwa pinjol tersebut ilegal. Anda tak perlu menanggapinya.
Legalitas dan Keamanan Bot Telegram Penghasil Saldo Dana
Nah, dengan sistem penghasil uang seperti tadi, apakah benar bot Telegram yang menawarkan saldo DANA ini aman dan bisa dipercaya? Seperti yang sudah kita duga, ternyata semua bot Telegram yang menjanjikan saldo DANA adalah penipuan.
Setelah Jaka melakukan penelusuran dari berbagai sumber di internet, banyak testimoni dari pengguna yang menyatakan bahwa bot Telegram yang menjanjikan penghasilan hanyalah modus penipuan dari pembuat bot itu sendiri.
Apalagi, pada grup Telegram kamu diminta untuk memberikan sejumlah uang atau pulsa kepada admin sebagai persyaratan untuk mencairkan saldo DANA dari bot. Hal ini tentunya sangat berbahaya! Uangmu bisa saja diambil oleh admin tanpa adanya proses pencairan yang sebenarnya.
Sampai hari ini, Jaka belum menemukan testimoni dari pengguna yang berhasil mencairkan penghasilan dari bot Telegram. Oleh sebab itu, Jaka menyarankan untuk tidak menggunakan bot penghasil uang seperti ini sama sekali!
Baca Juga: Auto Cuan! Begini Cara Main Telegram Dapat Uang, Dijamin Untung!